Powered By Blogger

Rabu, 29 Desember 2010

Setelah Hilangnya sebuah Harapan (Oleh: Dodoy Kudeter)

Tak perlu aku menjelaskan panjang lebar. Aku hanya ingin melihat negri ini damai, aman, adil, dan makmur. Yang pintar menulis sudah cukup banyak, yang pintar berbicara sudah cukup banyak, yang berteriak “merdeka” juga cukup banyak, tapi yang menyadari dari lubuk hati yang paling dalam bahwa negeri ini masih dijajah apa sudah meluas sampai pelosok negeri?
Belum..belum..jawabannya belum…
Bicara hanya sebatas kaum pelajar, cendekiawan, dan kaum intelek…
Apakah kaum buruh mengerti dirinya dihisap?
Tenaganya dikuras habis tapi hasilnya di nikmati si kapitalis?

LAWAN UPAH MURAH

“Perlawanan kaum buruh dalam memperjuangkan Kenaikan Upah, adalah sebuah perlawanan panjang kaum buruh yang berlangsung di seluruh wilayah bagian dunia. Kita pasti pernah mendengar tentang kisah pembangunan piramida di mesir (sekitar Th 2575-2150 Sebelum Masehi) yang mempekerjakan para budak yang dalam pekerjaanya hanya di beri Upah yaitu Makanan, yang kemudian berubah pada sebuah perlawanan untuk menuntut penambahan Makanan dan perbaikan kondisi kerja, yang kemudian berubah menjadi perlawan besar dari kaum Budak. Di indonsesia itu pun terjadi (Diantara tahun 1918 sampai dengan 1926) banyak sekali pemogokan-pemogokan yang dilakukan oleh serikat-serikat buruh. pemgokan tersebut dilakukan oleh buruh-buruh yang bekerja transportasi, pelabuhan, perkebunan, perkantoran, penggadaian. Dengan menuntut kenaikan Upah dan perbaikan Kondisi Kerja. Ya, Tentu masih banyak kisah sejarah lainnya yang semakin membuktikan betapa panjang bait sejarah perlawanan terhadap Politik Upah Murah. Seolah jalan sejarah ingin mengarahkan kita jika kaum buruh tidak mau memperjuangkan hak-hak normatifnya, maka jangan pernah bermimpi tentang kesejahteraan !!!
Kesejahteraan tidak dapat tercipta jika tidak kita Rebut.

Lima tahun sudah Kepmenaker No 17/2005 tentang penentuan upah berdasarkan Kebutuhan hidup layak (KHL) diberlakukan. Namun perjuangan kaum buruh atas upah layak kembali mewarnai penghujung tahun ini. Aksi atau demonstrasi buruh kembali marak di sejumlah kota.
Terakhir yang paling panas (25 Nov 2010) puluhan ribu buruh tumpah ruah di Kawasan Berikat Nusantara, Cakung, Jakarta Utara, melakukan pemogokan. Buruh KBN Tuntut UMP DKI 2011.

Menurut pemerintah serta dunia usaha, dari tahun ke tahun upah telah mengalami kenaikan signifikan. Sebagai contoh, rata-rata UMP tahun 2010 sudah mencakup hingga 80% KHL versi Dewan pengupahan. Anggapan tersebut ditentang oleh kalangan serikat buruh karena, pada prakteknya, secara nominal rata-rata kenaikan upah kurang dari 10 %. Di tahun 2010 rata-rata kenaikan UMP hanya sebesar 9,3% sehingga tidak sanggup mengejar kenaikan harga barang dan jasa yang melonjak karena inflasi selama 2010 sebesar 6,8 %.

SITUASI INTER NASIONAL dan SITUASI NASIONAL

- Secara ekonomi-politik; bahwa krisis finansial dunia beberapa dekade ini telah merontokkan banyak lembaga keuangan (termasuk bank-bank investasi) berikut potensi modal yang sudah ‘mapan’, dan memacetkan sirkulasi capital yang (tentunya; dalam porsi lebih besar) ditanam di sektor non-riil (obligasi, portofolio, SUN, dll).

- Krisis paling kontemporer terjadi tahun 2008—penyebabnya: ketidaksesuaian harga dan barang yang beredar (credit default-nya sub-prime mortgage), jaminan swap (tukar-menukar) / jaminan perlindungan dari AIG (American International Group) dan rendahnya deposito masyarakat. Jalan keluarnya adalah: Baillout—mengemis (kembali) pada negara!

- Ternyata, akumulasi/sengkarut masalah ekonomi global sudah tak sanggup lagi diselesaikan di Negara-negara induk kapitalisme (AS, Eropa—eropa timur, Yunani, Spanyol, Portugal, Jerman, AS, Inggris, dll). Gelembung modal (perdagangan non-riil) menyeret sistem keuangan dunia menuju kehancuran, para trader mata uang panik, pakar neo-liberal tak percaya diri.

- Out flows capital. Massifikasi pembukaan pasar baru adalah strategi neoliberal menunda krisis. Mereka butuh pasar untuk melarikan gelembung financial di negerinya masing-masing. Pasar tersebut adalah negara-negara miskin dan sedang berkembang (namum memiliki potensi alam besar dan jumlah manusia/konsumen yang banyak). Pelarian modal dibutuhkan untuk memulihkan ekonomi mereka, karena, modal bermasalah dalam negeri besar tersebut sulit diputar lagi, kalaupun bisa hanya minim laba, namun tinggi resiko (low profits, high risk).
-Instrument yang dipakai: dengan cara membangun blok-blok regional ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN China FTA (ACFTA), ASEAN Korea FTA (AKFTA), ASEAN Australia dan New Zealand (AANZ-FTA), ASEAN India FTA (AIFTA), ASEAN Jepang CEP (AJCEP), Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), INDONESIA-PAKISTAN; di bawah kontrol IMF, WB, ADB, dll.

- Hingga, pada sebuah kesimpulan bahwa, neoliberalisme (sebagai ideologi ekonomi seutuhnya) sudah dicampakkan oleh negri-negri besar tersebut (inkonsistensi). Bahkan, di eropa sendiri, neoliberal tidak pernah diterapkan, ia hanya berlaku sebagai strategi pasar (ekspansi).