Powered By Blogger

Minggu, 26 Juni 2011

Ribuan Pekerja di Kaltim Bakal di-PHK

Tribun Kaltim - Sabtu, 4 Juni 2011

SAMARINDA,tribunkaltim.co.id- Rencana Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk menghapus sistim tenaga kerja outsourching (kontrak) dalam revisi UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinilai tidak tepat dan bisa membuat pengusaha kelimpungan.

Penghapusan outsourching memang membuat citra pemerintah lebih baik,tapi bagi pengusaha dan pekerja itu justru sangat merugikan.

"Penghapusan sistim outsourching bisa membuat pengusaha kelimpungan dan berdampak langsung pada terjadinya PHK yang membludak dan menyebabkan semakin meningkatnya jumlah angka pengangguran,"kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim Slamet Brotosiswoyo disela-sela menghadiri Rapimprov Kadin Kaltim di Hotel Aston Samarinda, Sabtu (4/6/2011).

Ia mengatakan,Apindo Kaltim sudah lama mendengar rencana penghapusan outsourcing tersebut . Tetapi, jika itu nantinya benar terjadi maka pengusaha akan banyak yang kelimpungan.

‘’Saya pikir tidak tepat kalau outsourcing mau dihapus. Sebab sistim ini bagus dan berkaitan dengan etos kerja buruh dan kemampuan pengupahan perusahaan di Indonesia, kalaupun Menakertrans memaksakan, maka pengusaha akan melakukan PHK besar-besaran," tutur dia.
Sistim outsourching kata dia justru berhasil mengurangi terjadinya PHK dan mengurangi angka pengangguran,"katanya.(*)
Penulis : Hasbi
Editor : Fransina

Selasa, 21 Juni 2011

“REALITAS KETERTINDASAN PEREMPUAN”


Oleh     :   “ Fanz Jelita Merah “



                Sangat banyak pertanyaan yang timbul, ketika kita terlahir dengan jenis kelamin sebagai perempuan, yang sejak lahir sudah di lilit oleh segombrok aturan-aturan dan citra negative yang terbentuk tentang sosok perempuan. Menakutkan bukan ? malangnya bayi yang terlahir ketika menjadi seorang perempuan. Bahkan ketika seorang perempuan menjadi dewasa dia harus mulai menyesuaikan dengan aturan-aturan yang sangat tidak masuk akal, ketika tubuhnya sendiri menjadi bahan pembicaraan khalayak ramai dan ketika negara pun ikut-ikutan mengintervensi tubuhnya, belum lagi cap negativ yang menghampiri sosok perempuan. Malang betul yang kemudian terlahir menjadi perempuan ini.

Maka, yang patut di pertanyakan kini adalah,
Mengapa perempuan di anggap sebagai manusia kelas dua ?
Mengapa perempuan tak memiliki kebebasan atas dirinya ?
Mengapa perempuan selalu menjadi komoditas ?
Mengapa perempuan selalu di hadapkan pada pilihan untuk menjadi cantik atau berjuang ?
Siapa dalangnya ?
Apa sebabnya?



Ya,,, itulah sedikitnya pertanyaan yang harus kita jawab di era modern ini.

Sejarah kita telah mencatat bahwa kaum perempuan memiliki peran penting dalam produksi dan reproduksi. Bahkan sejarah pun mencatat tentang adanya sebuah masa kejayaan kaum perempuan, di mana perempuan menjadi “sang penyelamat”, yaitu saat perempuan dengan keterampilannya dapat mengolah biji-bijian menjadi suatu tanaman yang dapat di manfaatkan dan di jadikan satu2nya sumber penghidupan bagi komunitasnya saat itu (di jaman batu).

Proses perkembangan teknologi pada masa itu merubah proses pengihidupan yang tadinya dari komunal menjadi individual. Yang kemudian hasil surplus daripada suatu produksi menjadi  milik individual / perorangan, sehingga muncul dan di kenallah dengan istilah “kepemilikan pribadi”. Keadaan ini yang menjadi salah satu sebab, bergesernya peran perempuan dari lapangan produksi. Kemudian dengan beralihnya mata pencaharian mereka dari berburu menjadi bertani / pertanian /bercocok tanam, mengahruskan mereka melakukan perluasan lahan (ekstensifikasi lahan) dan membutuhkan SDM yang banyak. Sehingga sebagai akibat logis dari keadaan ini, perempuan secara perlahan tersingkir ke wilayah domestik dan terserap hanya untuk kegiatan-kegiatan reproduktif. Kemajuan teknologi pada masa itu telah jelas memundurkan perempuan yang mempunyai kelebihan di bidang reproduksi, hanya untuk mencetak SDM-SDM. Serta dengan di temukannya mata bajak (luku) , semakin memukul perempuan ke dalam kungkungan domestik. Terlebih lagi karna bajak biasanya ditarik dengan menggunakan tenaga hewan ternak, di mana pengendalian terhadap ternak memang merupakan wilayah ketrampilan kaum laki-laki.